Selasa, 05 Agustus 2008

Sesama Allahu akbar jangan saling mendahului

Sesama "Allahu Akbar" Jangan Saling Mendahului
13/06/2008
Waktu itu, di suatu seminar tentang Pancasila vs Islam yang diadakan oleh salah satu organisasi Islam garis keras di Jakarta, suasana tiba-tiba menjadi tegang. Saat seorang narasumber dari NU menjelaskan ihwal hubungan nasionalisme dengan Islam, tiba-tiba seorang peserta berteriak-teriak.

"Allahu akbar, Allahu akbar Islam itu berbeda dengan nasionalisme. Islam ya Islam. Islam itu sudah sempurna. Nasionalisme itu kafir, Yahudi. Allahu akbar..!" katanya.

Sontak semua yang hadir juga berteriak "Allahu akbar, allahu akbar..!".

Narasumber NU tidak punya kesempatan berbicara lagi. Apalagi para hadirin menyuruhnya "turun-turun...!" Moderator juga ternyata mendukung keinginan hadirin.

"Baiklah, baiklah saya turun tapi izinkan saya bicara dulu," katanya.

"Tidak usah," kata hadirin. "Allahu-akbar, Allahu akbar..! Kamu turun saja."

"Allahu akbar, Allahu akbar." Keamanan maju ke depan, menjemput pembicara untuk keluar forum.

Suasana makin ramai.

Narasumber pun mulai gugup, ikut berteriak, "Allahu akbar, Allahu akbar, saya mau bicara dulu," katanya, tapi ia tak digubris.

"Allahu-akbar, Allahu akbar."

Untung dia segera punya ide. Dia langsung mengambil mic, bilang, "Samiallahu liman hamidah, samiallahu liman hamidah."

Forum tiba-tiba terdiam, tidak tahu harus bilang apa lagi. Suasana seperti sedang dalam shalat berjamaah dan para ma'mum tidak boleh ramai.

Akhirnya narasumber bisa meneruskan materinya, meskipun tidak sampai selesai. Di tengah-tengah pembicaraan dia diminta turun lagi, Allahu akbar, Allahu akbar. Kali ini "samiallau liman hamidah" sudah tidak mempan lagi. (nam)

SETAN NGGAK MAU DIBOHONGI

Setan Nggak Mau Dibohongi
20/06/2008
Semakin liberal orang dalam beragama maka semakin enggan dia untuk mengunjungi tempat ibadah. Karenanya di Australia banyak gereja dijual. Namun harganya pun murah sekali, karena orang-orang percaya kalau gereja itu banyak setannya, banyak gendruonya.

Saat membentuk cabang istimewa NU di Australia, para pengurus memilih menempati mantan gereja. Tidak takut setan. Soalnya, sebelum ditempati para pengurus memembaca Al-Qur’an di sana sampai hatam. Setannya pun lari.

Lalu ada meniru cara ini. Ada yang membeli gereja untuk dijadikan tempat berbisnis. Sayangnya orang ini tidak bisa baca Al-Qur’an. Tapi dia tidak kehabisan cara. Dia membeli tape recorder lengkap dengan kaset berisi bacaan Al-Qur’an’, dia bunyikan, lalu dia pergi karena takut ada setan.

Keesokan harinya dia kembali. Hah... setannya hilang bersama tape recorder dan kasetnya. ”Ternyata setan pun nggak mau ditipu,” kata KH Hasyim Muzadi. (nam)

Sumber " nu.or.id

HEBATNYA BINTANG SEMBILAN

Hebatnya Bintang Sembilan
27/06/2008
Pernah Gus Dur diundang menjadi pembicara tunggal dalam sarasehan yang diadakan oleh KNPI. Jadwalnya Jam 20.30, namun hingga Jam 20.50 dia belum muncul, panitiapun gelisah.

"Saya takut Gus Dur kesasar," kata Ketua KNPI ( waktu itu ) Tjahjo Kumolo .
"Saya kok punya firasat Gus Dur ketiduran," timpal Eros Djarot yang berdiri di samping Tjahjo. "Jangan lupa Gus Dur itu di seminar pun bisa tidur ".

"Jangan-jangan Ia nyasar ke Graha Pemuda, kantornya Menpora ", Tukas Tjahjo .
Tiba-tiba ada yang nyeletuk, "jangan-jangan kena cekal, nggak boleh ngomong".

Di tengah kegelisahan itu, tepat pukul 21.00 tiba-tiba Gus Dur nongol. "Maaf, saya harus menerima pengarahan dulu dari Jenderal bintang tiga," katanya.

Ia pun langsung diminta bicara. Di depan peserta sarasehan itu dia kembali cerita soal keterlambatannya yang katanya karena dipanggil Jenderal bintang tiga itu. "Baru bintang tiga saja sudah bisa nyetop orang," ucapnya, "bagaimana kalau bintang sembilan."

Bintang sembilan adalah lambangnya NU, yang selalu terpampang di papan nama kantor NU di semua tingkat. Karena itu, Gus Dur juga sering bangga bahwa warga NU lebih nyaman kalau bepergian. Para pengusaha besar dan pejabat tinggi, katanya, kalau bepergian paling-paling menginap di hotel bintang empat atau bintang lima.

"Orang NU, kalau keluar kota nginapnya di hotel bintang sembilan," alias di kantor pengurus NU! (okz/dar)
Sumber : NU.or.id

Sikap PBNU Tentang Ahmadiyah

Sikap PBNU tentang Ahmadiyah
09/05/2008
Berikut ini merupakan sikap resmi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tentang aliran Ahmadiyah pada tanggal 9-11 September 2005 di Bogor Jawa Barat

1. Ahmadiyah adalah aliran sesat dan keluar dari Islam karena tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir sebagaimana dinyatakan secara tegas dalam Al Quran, As-Sunnah dan ijma’ ulama. Sungguh pun demikian, masyarakat tidak boleh bertindak anarkis terhadap aktivitas yang dilakukan oleh kelompok Ahmadiyah. Pelarangan terhadap paham dan aktivitas Ahmadiyah sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah atau penegak hukum dan bukan wewenang seseorang atau kelompok.

2. Dalam menyampaikan keberatan keberadaan aktivitas jamaah Ahmadiyah di lingkungannya, masyarakat diminta hendaknya mengedepankan cara-cara damai dan santun.

3. Kepada umat Islam, diharapkan dapat mempelajari Islam secara komprehensif agar tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam penafsiran-penafsiran keagamaan.

4. Pemerintah diharapkan memiliki sikap yang tegas dan konsisten dalam menyikapi keberadaan aliran Ahmadiyah di Indonesia.

Pimpinan Sidang
KH Ma’ruf Amin
KH Said Agil Siradj
KH Masdar F Mas’udi
HM Rozy Munir

Pesan Jakarta

Pesan Jakarta
01/08/2008

Menegakkan Islam sebagai Rahmatan lil-Alamin: Pembangunan Perdamaian dan Pencegahan Konflik di Dunia Muslim pada Konferensi International Ulama dan Cendekiawan Islam ke-3

Jakarta, 29 Juli – 1 Agustus 2008

Bismillahirahmanirrahim

Dengan menyebut nama Allah, yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji dipanjatkan kepada Allah, tuhan semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad beserta keluarga, pembawa wahyu Allah. Nabi terakhir, terkat untuk alam semesta.

Segala puji bagi Allah subhanahu wata’ala yang telah menyatukan kita dalam pertemuan akbar ini. Konferensi internasional Ulama dan Cendekiawan Islam (ICIS) ke-3 di Jakarta, 2008. Dalam kebesaran-Nya, kita melanjutkan kembali pembahasan isu-isu global yang telah dimulai sejak ICIS pertama tahun 2004 dan untuk itu, ICIS tahun ini mengangkat tema “Menegakkan Islam sebagai ‘Rahmatan lil-alamin’ Pembangunan Perdamaian dan Pencegahan Konflik di Dunia Muslim”. Semoga Allah memberkati persaudaraan kita dengan rahmat dan fitrah agar terhimpun sebuah solusi yang komprehensif dan praktis guna memberdayakan ummat dalam upaya menciptakan perdamaian dan toleransi untuk kemanusiaan.

Menegaskan kembali keyakinan kita bahwa nilai-nilai dan ajaran Islam mewajibkan ummah untuk mendorong perdamaian, keadilan, kebebasan, moderasi, toleransi, keseimbangan dan konsultasi serta kesetaraan, sebagai landasan harkat dan martabat manusia.

Mengingat kembali ICIS pertama tahun 2004 dan yang ke-2 tahun 2006 yang menegaskan bahwa keyakinan terhadap Islam sebagai rahmatan lil-alamin telah terkristalisasi dalam menghadapi paradoks dunia dan ICIS harus menjadi forum internasional yang berkelanjutan dan sebagai gerakan ulama/cendekiawan.

Menegaskan kembali komitmen ulama dan cendekiawan akan perlunya peran lintas batas (‘abra al-hudud/sns frontiere) dalam membangun perdamaian ddan mencegah konflik antara lain melalui fasilitasi dan mediasi.

Kami perserta ICIS ke-3 menyatakan hal-hal sebagai berikut:

1. Mewujudkan paradigma Islam sebagai rahmatan lil alamin sebagai pandangan hidup bagi semua umat manusia untuk mengharmonisasikan nilai-nilai universal (khair) dengan nilai-nilai lokal (ma’ruf) sebagaimana diamanatkan dalam surat Ali Imran 104.

2. Melakukan upaya berkelanjutan untuk mereformasi dan merubah kendala-kendala psikologis dan dilemma dari keragu-raguan (shak) menuju kepercayaan (yakin) melalui perbuatan yang baik (amal salih) sebagaimana diamanatkan dalam surat Al Hijr 99 dan al Baqarah 147.

3. Sepakat bahwa akar penyebab dari ketegangan dan konflik tidak disebabkan oleh faktor-faktor agama, melainkan disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam masyarakat dan dari kekuatan-kekuatan luar, antara lain eksploitasi politik, ekonomi, dan sosial.

4.Sepakat juga bahwa globalisasi telah menghasilkan kekuatan ke dalam dan ke kuar yang menuntut negara-negara dan bangsa-bangsa untuk terus meninjau struktur politik yang dapat menciptakan dampak sosial terhadap kemanusiaan, termasuk ketegangan, konflik dan kekerasan.

5. Prihatin terhadap perbedaan antara Islam sebagai agama perdamaian dan kesatuan dan kenyataan bahwa dunia muslim masih tercoreng oleh konflik, kekerasan, kemiskinan dan penderitaan.

6. Mendorong media untuk menyampaikan berita-berita yang berimbang dan obyektif mengenai komunitas muslim di seluruh dunia dan menahan penyebaran Islamophobia, dan penistaan Islam, dan memberdayakan masyarakat untuk mendekati media.

7. Menegaskan kembali komitmen untuk mengentaskan kemiskinan, keterbelakangan, buta aksara dan semua bentuk ketidakadilan, dengan semangat kearifan dan kepercayaan bahwa Allah akan membuka jalan menuju kebaikan, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an “Allah akan merubah nasib suatu bangsa kecuali mereka merubah sendiri”

8. Mendirikan pusat-pusat media di kota-kota besar negara-negara Barat, yang akan berpartisipasi dalam berdebatan publik, penyediaan informasi dan menjembatani antara masyarakat Muslim dengan media Barat.

9. Menegaskan kembali komitmen para ulama untuk menyelesaikan konflik intra-kepercayaan dalam masyarakat muslim, yang akan menjadi kontribusi yang besar bagi perdamaian dunia.

10 Memutuskan untuk memainkan peranan yang aktif dalam mengkampanyekan kasih sayang dan pengertian mendalam mengenai perdamaian, tanpa membedakan mazhab yang ada ataupun kebangsaan (ulama sans frontiers).

11. Berkomitmen untuk melindungi kelompok-kelompok yang paling rentan termasuk wanita dan anak-anak, usia lanjut, dan orang-orang cacat, khususnya dalam masa konflik dan krisis.

12. Memberdayakan peran pemuda dan wanita Muslim agar mereka dapat berperan dalam masyarakat, termasuk dalam pencegahan konflik dan pembangunan perdamaian.

13. Memutuskan untuk membentuk “ulama sans frontiers” dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
 a. Pemahaman dan kepekaan
 b. Dialog, keterbukaan dan kesabaran
 c. Solidaritas kemanusiaan
 d. Keadilan
 e. Kepemimpinan yang memiliki visi dan pandangan jauh ke depan

14. Menghimbau para “Ulama sans frontiers” untuk melakukan kolaborasi dengan para professional dan para ahli dalam hal-hal sebagai berikut:
 a. Pengembangan kapasitas ulama di semua tingkat dalam membangun perdamaian dan mencegah konflik
 b. Melakukan pengkajian yang mendalam dan pemetaan konflik yang terjadi di dunia Islam untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis serta pemangku kepentingan.
 c. Pembentukan system peringatan dini di tingkat akar rumput agar tercipta tanggapan dini yang sesuai.
 d. Memfasilitasi dan melakukan advokasi kelompok masyarakat yang tidak berdaya dan rentan terhadap provokasi.
 e. Penguatan kekebalan masyarakat terhadap elemen-elemen yang dapat menciptakan benih-benih kebencian,
  kekerasan, dan teror.
 f. Advokasi dengan menggunakan prinsip, metode, dan keahlian “ulama sans frontiers” agar dapat berkontribusi dalam upaya pembangunan perdamaian dan pencegahan konflik yang dilakukan dalam struktur formal kekuasaan baik pada tingkat lokal, nasional, regional, maupun global.

Kami selanjutnya memutuskan untuk menata kembali kinerja dan manajemen ICIS melalui penguatan organisasi sebagai berikut:

1. Penguatan sekretariat jenderal ICIS di Jakarta, Indonesia di bawah kepemimpinan Nahdlatul Ulama (NU) melalui pembentukan unit khusus untuk masing-masing kawasan dan penunjukan ahli-ahli dalam isu-isu kunci yang penting bagi persaudaraan (ukhuwah), yaitu: penyelsaian konflik, pembangunan ekonomi, keagamaan, pendidikan dan teknologi, media, dan hukum serta hak-hak minoritas.

2. Pembentukan kawasan perwakilan ICIS untuk masing-masing kawasan di Asia Timur dan Pasifik, Asia Selatan dan Tengah, Timur Tengah, Afrika serta Amerika dan Eropa.

3. Pembentukan “Ulama sans frontiers”, yang melibatkan peran para professional dan ahli-ahli, dan memanfaatkan jasa-jasa baik ini dalam pembangunan perdamaian dan pencegahan konflik du dunia Muslim.

4. Pembentukan lembaga-lembaga kajian (Think-thank) untuk melakukan studi dan penelitian untuk isu-isu pencegahan konflik, penyelesaian konflik serta perdamaian paska konflik dan langkah-langkah pembangunan kepercayaan melalui interaksi dengan universitas terkemuka, lembaga penelitian, para ahli dan kaum profesional.

5. Menyelenggarakan ICIS setiap empat tahun sekali dan ICIS di tingkat kawasan setiap dua tahun sekali.

6. Mendapatkan akreditasi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, Organisasi Konferensi Islam dan badan-badan internasional lain.

SAPMA PP

menghadiri Undangan Pelantikan Pengurus Satuan Pelajar dan Mahasiswa (SAPMA) Pemuda Pancasila Kabupaten Sumedang sekaligus diskusi Interaktif dengan tema "Menyongsong Pemilu 2009 yang Demokratis, Damai dan Bermartabat di Kabupaten Sumedang"

Hari/Tanggal : Sabtu, 9 Agustus 2009

Pukul : 08.30 WIB s.d selesai

Te,pat : Graha Insun Medal (GIM) Sumedang

About

Blogger PC KMNU Sumedang